Twitter


Drs. KH. Muhammad Zubaidi Muslihk

Drs. KH. Muhammad Zubaidi Muslich dilahirkan di desa Parijatah Kulon, Dusun Melik, Kecamatan Serono, Kabupaten Banyuwangi, pada tanggal 1 Juni 1942 Meninggal 15 November 2011. Beliau dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan memiliki semangat juang yang tinggi untuk menegakkan kebenaran dan menyebarkan agama Allah SWT.

1. Asal-usul


a. Jalur keturunan dari ayah


Asal-usul Drs. KH. M. Zubaidi Muslich dari jalur keturunan ayah ini dapat diketahui sampai pada buyut beliau. Yang mana leluhur beliau adalah golongan orang-orang yang fanatik dalam masalah agama, baik di lingkungan keluarga sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Keluarga besar ini hampir seluruhnya adalah pemuka-pemuka agama atau berprofesi sebagai guru agama. Seperti halnya ayah beliau yang dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin (tahun 1935).


Secara kronologis jalur dari sang ayah ini diawali dari buyut beliau yang bernama KH. Muhammad, beliau dikenal sebagai pemuka agama sekaligus pengajar yang dihormati dan ditaati oleh masyarakat. KH. Muhammad mempunyai anak bernama KH. Hanafi. Pada perkembangan selanjutnya KH. Hanafi lah yang kemudian meneruskan estafet perjuangan ayahnya, yaitu dalam membimbing, membina dan mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang agamis. Kemudian KH. Hanafi mempunyai keturunan bernama KH. Muslich, yaitu ayah dari Drs. KH. M. Zubaidi Muslich. Mengikuti jejak ayah dan kakeknya, KH. Muslich juga dikenal sebagai orang yang disegani masyarakat dan pendiri dari Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin.


Pada awalnya Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin hanya sebuah padepokan dan tempat ibadah yang digunakan oleh KH. Muslich sebagai tempat mengaji dan mengajar agama untuk masyarakat setempat. Karena hari demi hari, bulan bahkan tahun demi tahun santri yang mengaji semakin bertambah. KH. Muslich bertekad dan berusaha mendirikan Pondok Pesantren untuk menampung santri-santri yang rumahnya jauh


Sebagai tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok Pesantren, beliau mempunyai cita-cita agar Pondok Pesantren yang didirikannya dapat berkembang dan diteruskan oleh putra putrinya. Maka beliau memondokkan putra-putrinya agar mereka dapat menjadi kader-kader penerus perjuangannya dalam menegakkan dan menyebarkan agama Islam di masyarakat.


b. Jalur keturunan dari ibu


Asal-usul Drs. KH. M. Zubaidi Muslich dari jalur ibu ini sampai pada Pangeran Diponegoro bahkan ada percampuran dengan orang bugis, hanya saja beliau mengetahuinya sampai buyut saja.


Drs. K.H. M. Zubaidi Muslich mempunyai buyut bernama Sudarso. Beliau adalah orang yang sangat disegani dan terpandang karena beliau adalah tokoh dan pengajar di kalangan masyarakat. Beliau mempunyai anak bernama H. Toyyib. Sebagai seorang anak dari tokoh agama, ia sangat diperhatikan sekali masalah pendidikan agamanya, sehingga kelak ia menjadi anak yang sholeh dan menjadi penerus perjuangan ayahnya. Dari pendidikan agama yang diperolehnya dari ayah dan guru-guru beliau di Pondok Pesantren beliau tampil sebagai guru agama dan tokoh masyarakat. Dan satu hal lagi yang ada pada diri beliau, yaitu beliau memiliki keahlian dibidang ilmu kanuragan hanya saja tidak banyak orang yang tahu. Dari perkawinannya baliau mempunyai seorang putri bernama Hj. Walijah, yaitu ibunda Drs. K.H Zubaidi dan saudara-saudara kandung yang berjumlah 7 orang. diantara urut-urutan putra-putri dari pari perkawinan K.H. Muslich dengan Hj. Siti Walijah ini, yaitu :


1. Na’imah.

2. KH. Nizar, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Muta’alimin dan pensiunan kepala KUA Banyuwangi.
3. Zarkasyi (Alm), beliau adalah seorang guru agama.
4. Drs. KH. M. Zubaidi Muslich, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam Jombang.
5. Drs. KH. Baidlowi Muslich, beliau adalah pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading, Malang dan menjabat sebagai
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Malang.
6. Hunainah.
7. Muhtarom.

Dilihat dari kedua jalur keturunan ini, KH. M. Zubaidi Muslich adalah sosok yang dibesarkan dari lingkungan keluarga yang berjiwa juang dalam hal menegakkan dan menyiarkan agama Islam, baik mereka yang berkiprah di dunia pendidikan, pesantren, masyarakat maupun di lembaga-lembaga pendidikan formal.


2. Latar belakang pendidikan


a. Pendidikan Formal


Diantara pendidikan formal yang pernah beliau tempuh, yaitu:


1. Sekolah Rakyat (SR), pada tahun 1952

2. Setelah lulus dari sekolah rakyat beliau melanjutkan ke Sekolah Keguruan atau Pendidikan Guru Agama, pada tahun 1957
3. Setelah lulus dari sekolah keguruan, beliau melanjutkan ke Madrasah Aliyah Tebuireng-Jombang, pada tahun 1962
4. Setelah lulus dari Madrasah Aliyah, beliau melanjutkan kuliah di UNHASY (Universitas Hasyim Asy’ari, sekarang IKAHA atau I
nstitut KeIslaman Hasyim Asy’ari), pada tahun 1966-1971 dengan menyandang gelar sarjana muda.
5. Beliau kemudian mengikuti program kuliah Doktoral sebagai kelanjutan untuk mencapai kesarjanaan lengkap, pada tahun1989
dan berhasil diselesaikan pada tahun 1993.

b. Pendidikan Non-Formal


Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa lingkungan keluarga Drs. KH. M. Zubaidi Muslich adalah lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam, maka tidak mengherankan jika pendidikan agama telah diperolehnya sejak kecil, yaitu di lingkungan keluarga ataupun lembaga-lembaga pengajian. Setelah beliau mencapai usia sekolah, beliau belajar di Sekolah Rakyat (SR) dan tamat, sang ayah kemudian mengirimnya kelembaga-lembaga pendidikan Islam terutama pondok pesantren. Di antara lembaga pendidikan Islam non-formal/pondok pesantren tersebut adalah :


1. Pondok Pesantren Pekauman (Banyuwangi Kota), dari tahun 1957-1960. Beberapa tahun beliau di pondok pesantren ini,

beliau merasa ilmu yang diperolehnya belum cukup kemudian beliau meneruskan ke pondok pesantren yang lain.
2. Pondok Pesantren Bustanul Ma’mur (Genteng Banyuwangi), pada tahun 1961.
3. Pondok Pesantren Tebuireng (Jombang) pada tahun 1962-1964.
4. Pondok Pesantren Lasem-Rembang (Kyai Ma’sum) pada tahun 1964.
5. Pondok Pesantren Tretek-Pare (Kediri), pada tahun 1965. Di Pesantren tersebut beliau khusus mengaji dan
mengkhatamkan Kitab Ihyaa Ulumuddin dan Shoheh Bukhori.
6. Pondok Pesantren Seblak Jombang, pada tahun 1966-1971.


next

Tidak ada komentar: